Lorem Ipsum

Pellentesque semper dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Sed euismod aliquet nunc vel porta. Morbi non mi id diam mattis consequat mauris pharetra.
Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

BAB II

INDUSTRI PESAWAT TERBANG INDONESIA

2. 1. Sejarah Kedirgantaraan Di Indonesia

2.1.1. LAPIP

Kependekan dari Lembaga Persiapan Industri Penerbangan diresmikan pada 16 Desember 1961, dibentuk oleh KASAU untuk mempersiapkan Industri Penerbangan yang mempunyai kemampuan untuk mendukung kegiatan penerbangan nasional Indonesia

Sehubungan dengan ini LAPIP pada tahun 1961 menandatangani perjanjian kerjasama dengan CEKOP (industri pesawat terbang Polandia) untuk mebangun sebuah industri pesawat terbang di Indonesia.

Kontrak dengan CEKOP:

  • Menbangun gedung untuk fasilitas manufaktur pesawat terbang
  • Pelatihan SDM
  • Memproduksi PZL-104 Wilga under licence sebagai Gelatik

Pesawat Gelatik diproduksi sebanyak 44 unit,dipergunakan sebagai pesawat pertanian, transpor ringan dan aero-club Sesuai dengan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dan untuk memungkinkan berkembang lebih pesat, dengan Keputusan Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara No. 488, 1 Agustus 1960 dibentuk Lembaga Persiapan Industri Penerbangan/LAPIP. Lembaga yang diresmikan pada 16 Desember 1961 ini bertugas menyiapkan pembangunan industri penerbangan yang mampu memberikan dukungan bagi penerbangan di Indonesia.

Mendukung tugas tersebut, pada tahun 1961 LAPIP mewakili pemerintah Indonesia dan CEKOP mewakili pemerintah Polandia mengadakan kontrak kerjasama untuk membangun pabrik pesawat terbang di Indonesia. Kontrak meliputi pembangunan pabrik , pelatihan karyawan serta produksi di bawah lisensi pesawat PZL-104 Wilga, lebih dikenal Gelatik. Pesawat yang diproduksi 44 unit ini kemudian digunakan untuk dukungan pertanian, angkut ringan dan aero club.

Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, tahun 1965 melalui SK Presiden RI - Presiden Soekarno, didirikan Komando Pelaksana Proyek Industri Pesawat Terbang (KOPELAPIP) - yang intinya LAPIP - ; serta PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari.

2.1.2. LIPNUR

Pada tahun 1965 Berdiri KOPELAPIP (Komando Pelaksana Industri Pesawat Terbang) dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari melalui Dekrit Presiden. Setelah pada tahun 1966 Nurtanio meninggal Pemerintah menggabungkan KOPELAPIP dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari menjadi LIPNUR kependekan dari Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio untuk menghormati kepeloporan almarhum Nurtanio.

Kemudian setelah itu datanglah BJ Habibie yang mengubah LIPNUR menjadi IPTN yang dikemudian hari sempat tercatat sebagai industri pesawat terbang termaju di negara berkembang.

Pada bulan Maret 1966, Nurtanio gugur ketika menjalankan pengujian terbang, sehingga untuk menghormati jasa beliau maka LAPIP menjadi LIPNUR/Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio. Dalam perkembangan selanjutnya LIPNUR memproduksi pesawat terbang latih dasar LT-200, serta membangun bengkel after-sales-service, maintenance, repair & overhaul.

Pada tahun 1962, berdasar SK Presiden RI - Presiden Soekarno, didirikan jurusan Teknik Penerbangan ITB sebagai bagian dari Bagian Mesin. Pelopor pendidikan tinggi Teknik Penerbangan adalah Oetarjo Diran dan Liem Keng Kie. Kedua tokoh ini adalah bagian dari program pengiriman siswa ke luar negeri (Eropa dan Amerika) oleh Pemerintah RI yang berlangsung sejak tahun 1951. Usaha-usaha mendirikan industri pesawat terbang memang sudah disiapkan sejak 1951, ketika sekelompok mahasiswa Indonesia dikirim ke Belanda untuk belajar konstruksi pesawat terbang dan kedirgantaraan di TH Delft atas perintah khusus Presiden RI pertama. Pengiriman ini berlangsung hingga tahun 1954. Dilanjutkan tahun 1954 - 1958 dikirim pula kelompok mahasiswa ke Jerman, dan antara tahun 1958 - 1962 ke Cekoslowakia dan Rusia.

Perjalanan ini bertaut dengan didirikannya Lembaga Persiapan Industri Pesawat Terbang (LAPIP) pada 1960, pendirian bIdang Studi Teknik Penerbangan di ITB pada 1962, dibentuknya DEPANRI (Dewan Penerbangan dan Antariksa Republik Indonesia) pada 1963. Kemudian ditindaklanjuti dengan diadakannya proyek KOPELAPIP (Komando Pelaksana Persiapan Industri Pesawat Tebang) pada Maret 1965. Bekerjasama dengan Fokker, KOPELAPIP tak lain merupakan proyek pesawat terbang komersial.

Sementara itu upaya-upaya lain untuk merintis industri pesawat terbang telah dilakukan pula oleh putera Indonesia - B.J. Habibie - di luar negeri sejak tahun 1960an sampai 1970an. Sebelum ia dipanggil pulang ke Indonesia untuk mendapat tugas yang lebih luas. Di tahun 1961, atas gagasan BJ. Habibie diselenggarakan Seminar Pembangunan I se Eropa di Praha, salah satu adalah dibentuk kelompok Penerbangan yang di ketuai BJ. Habibie.

2.1.3. IPTN

Awal Desember 1973, terjadi pertemuan antara Ibnu Sutowo dan BJ. Habibie di Dusseldorf - Jerman. Ibnu Sutowo menjelaskan secara panjang lebar pembangunan Indonesia, Pertamina dan cita-cita membangun industri pesawat terbang di Indonesia. Dari pertemuan tersebut BJ. Habibie ditunjuk sebagai penasehat Direktur Utama Pertamina dan kembali ke Indonesia secepatnya.

Awal Januari 1974 langkah pasti ke arah mewujudkan rencana itu telah diambil. Di Pertamina dibentuk divisi baru yang berurusan dengan teknologi maju dan teknologi penerbangan. Dua bulan setelah pertemuan Dusseldorf, 26 Januari 1974 BJ. Habibie diminta menghadap Presiden Soeharto. Pada pertemuan tersebut Presiden mengangkat Habibie sebagai penasehat Presiden di bidang teknologi. Pertemuan tersebut merupakan hari permulaan misi Habibie secara resmi.

Melalui pertemuan-pertemuan tersebut di atas melahirkan Divisi Advanced Technology & Teknologi Penerbangan Pertamina (ATTP) yang kemudian menjadi cikal bakal BPPT. Dan berdasarkan Instruksi Presiden melalui Surat Keputusan Direktur Pertamina dipersiapkan pendirian industri pesawat terbang.

September 1974, Pertamina-Divisi Advanced Technology menandatangani perjanjian dasar kerjasama lisensi dengan MBB - Jerman dan CASA - Spanyol untuk memproduksi BO-105 dan C-212.

Dari tahun 1976 cakrawala baru tumbuhnya industri pesawat terbang modern dan lengkap di Indonesia di mulai. Di periode inilah semua aspek prasarana, sarana, SDM, hukum dan regulasi serta aspek lainnya yang berkaitan dan mendukung keberadaan industri pesawat terbang berusaha ditata. Selain itu melalui industri ini dikembangkan suatu konsep alih/transformasi teknologi dan industri progresif yang ternyata memberikan hasil optimal dalam penguasaan teknologi kedirgantaraan dalam waktu relatif singkat, 24 tahun.

2.2. Paradigma Kedirgantaraan Indonesia

Selama 24 tahun IPTN relatif berhasil melakukan transformasi teknologi, sekaligus menguasai teknologi kedirgantaraan dalam hal disain, pengembangan, serta pembuatan pesawat komuter regional kelas kecil dan sedang.

Dalam rangka menghadapi dinamika jaman serta sistem pasar global, IPTN meredifinisi diri ke dalam "DIRGANTARA 2000" dengan melakukan orientasi bisnis, dan strategi baru menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Untuk itu IPTN melaksanakan program retsrukturisasi meliputi reorientasi bisnis, serta penataan kembali sumber daya manusia yang menfokuskan diri pada pasar dan misi bisnis.

Kini dalam masa "survive" IPTN mencoba menjual segala kemampuannya di area engineering - dengan menawarkan jasa disain sampai pengujian -, manufacturing part, komponen serta tolls pesawat terbang dan non-pesawat terbang, serta jasa pelayanan purna jual.

Seiring dengan itu IPTN merubah nama menjadi PT. DIRGANTARA INDONESIA atau Indonesian Aerospace/IAe yang diresmikan Presiden Abdurrahman Wahid, 24 Agustus 2000 di Bandung.

Kita berkeyakinan bahwa industri ini harus terus mengikuti dinamika perkembangan jaman dan perubahan, agar upaya yang dirintis para pendahulu ini bisa tetap lestari serta memberi manfaat optimal bagi generasi mendatang. Untuk itu kita tetap berpijak pada sejarah.

2.3. Industri Kedirgantaraan Indonesia Masa Kini

Perkembangan terbaru diyakini bahwa kawasan Asia merupakan potensi pasar produk kedirgantaraan dan sistem pertahanan. Pameran Kedirgantaraan Singapur telah meraih bisnis senilai lebih dari US $ 3,5 miliar, tiga kali lipat dibandingkan tahun 1997. Walau belum secerah sebelumya Airbus memprediksi pesanan produk pesawat baru di Asia akan berlangsung lambat pada tahun 2000 lalu, seiring dengan pemulihan akibat krisis ekonomi.

Rata-rata permintaan untuk pesawat komersial diperkirakan sekitar 750 unit per tahun. Tetapi, Boeing memperkirakan pangsa pasar di Asia Pasifik akan lebih besar dibandingkan Amerika Utara dan Eropa dalam 18 tahun mendatang. Dikatakan tidak ada kawasan di dunia ini yang memiliki sistem lalu lintas udara yang berkesinambungan sebagus kawasan Asia Pasifik

Sementara itu, untuk sistem pertahanan yang dipunyai negara-negara Asia, negara-negara ini tinggal meningkatkannya. Asia diprediksi merupakan potensi pasar pesawat (komersial dan militer) dan sistem pertahanan yang menggiurkan dan menjadi arena persaingan industri kedirgantaran besar. Seperti Boeing dan Lockheed Martin di satu sisi dan EADS (European Aeronautics Defence and Space Company) di sisi lain.

Aliansi strategis industri kedirgantaraan Eropa yang tergabung dalam EADS ini jelas makin mempertajam persaingan antar kawasan (persaingan antar raksasa industri kedirgantaran Eropa dan Amerika). Bergabungnya Boeing dengan Mc. Donald Douglas menyebabkan Boeing juga bermain di kelas seratus penumpang, yang kini sudah memasuki pasar.

Boeing memperkirakan pasar untuk pesawat dengan jumlah penumpang kurang dari 100 akan tumbuh dari 1.230 unit pada tahun 1998 menjadi lebih dari 3.000 unit pada tahun 2008. Dengan harga jual sekitar US $ 15 juta hingga US $ 20 juta per unit, maka itu berarti pada tahun 2008 nilai pasar pesawat untuk jangkauan regional ini sekitar US $ 45 miliar hingga US $ 60 miliar. Tapi bukan rahasia lagi di segmen ini pun industri kedirgantaraan Eropa dan Amerika bersaing ketat.

2.3.1. Hasil yang Sudah Dicapai Selama 24 tahun Berjalan

Fakta perubahan ini memacu PT. Dirgantara Indonesia sebagai industri yang berorientasi pasar sejagat menyiapkan orientasi baru yang secara konsisten tetap mengacu pada tiga tahap strategi pengembangan, yaitu : tahap penyiapan sarana dan prasarana untuk penguasaan teknologi dan proses industrialisasi (1976 - 1985); tahap penguasan teknologi dengan pencapaian standar kualifikasi industri dirgantara serta kemandirian rancang bangun (1986 - 1995); tahap komersialisasi hasil penguasaan teknologi di pasar global (1996 - seterusnya).

Kedua tahap pertama telah dilalui PT. Dirgantara Indonesia yang secara objektif bisa diamati dan dirasakan kita bersama.

A. Produk dan Jasa

  1. Mendeliver sekitar 298 unit pesawat terbang dan helikopter (97 unit NC- 212, 38 unit CN-235, 114 unit NBO-105, 27unit NBELL-412, 22 NAS-332)
  2. Mendeliver 50.000 unit roket dan 150 unit torpedo
  3. Mendeliver 10.000 unit komponen pesawat terbang (F-16, Boeing, Airbus)

B. Penguasaan Teknologi

  1. Engineering approval : component type certificate, aircraft type certificate dari DGAC, IMAA, serta JAA Eropa
  2. Quality Assurance approval : General Dynamic dengan persyaratan U.S. Military Specification MIL-1- 45208A, Bae, Lockhead, The Boeing Company, Daimler-Benz Aerospace, dan DGAC
  3. Fabrication Approval : CASA, The Boeing Company, Fokker, dan Bell Helicopter Textron.
  4. Product Support, Maintenance & Overhaul

a.

Aircraft Services Approval :
DGAC (approved maintenance organization), Terms of Approval Sultanete of OMAN (DGCAM), HANKAM (approved military aircraft repair station)

b.

Nusantara Turbin & Propulsi Approval :

*

Otoriti :
DGAC, FAA, ATO of Philippines, DGCAM OMAN, TNI-AU, GCA of Malaysia

*

Manajemen :
ISO-9002 (QSC-5508) OF DNV Netherlands

*

Manufactures :
Allison-Rolls Royce, Rolls Royce, Garret-Allied Signal, Pratt & Whitney United Technology, General Electric, CFM International, Solar Turbine - Caterpilar, Union Pump, Cooper Industries

  1. Rancang bangun

a.

Rancangbangun dan pengembangan N250 pesawat turboprop berkapasitas 50-70 orang dengan teknologi canggih di kelasnya. Tahap yang dicapai : produksi prototip dan terbang perdana.

b.

Rancangbangun N2130 pesawat turbojet regional berkapasitas 100-130 orang. Tahap yang dicapai tahap preliminary design.

Tahap ketiga, komersialisasi hasil penguasaan teknologi baru berjalan empat tahun dan hal ini harus semakin terpacu berkait dengan perubahan-perubahan di fora nasional maupun internasional dewasa ini. Geliat PT. Dirgantara Indonesia menata kembali bisnisnya suatu yang tidak bisa dihindari ketika dihadapkan pada situasi krisis ekonomi dan politik di dalam negeri serta dalam rangka menghadapi serta mengantisipasi tantangan sejagat dan ke depan.

Upaya ini melahirkan program restrukturisasi dengan dua fase strategi jangka panjang : Fase Survival (2000 - 2003) serta Fase Sehat dan Tumbuh (2004 dan seterusnya) yang berpijak pada tiga program utama : restrukturisasi usaha/bisnis, peningkatan kinerja pemasaran, dan menyehatkan struktur permodalan & efisiensi biaya.

BAB III

PRODUK DAN PRODUKSI

3.1. Produk PT. Dirgantara Indonesia

3.1.1. Fixed Wing

3.1.1.1. N 250

Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia,PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN. Pesawat ini diberi nama gatotkoco (Gatotkaca).

Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995). Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.

Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.

3.1.1.2. CN 235

CN-235 adalah sebuah pesawat angkut turboprop kelas menengah bermesin dua. Pesawat ini dirancang bersama antara IPTN Indonesia dan CASA Spanyol. Pesawat ini saat ini menjadi pesawat paling sukses pemasarannya dikelasnya.CN-235 adalah pesawat terbang hasil kerja sama antara IPTN atau Industri Pesawat Terbang Indonesia (sekarang PT.DI) dengan CASA dari Spanyol.

Kerja sama kedua negara dimulai sejak tahun 1980 dan purwarupa milik Spanyol pertama kali terbang pada tanggal 11 November 1983, sedangkan purwarupa milik Indonesia terbang pertama kali pada tanggal 30 Desember 1983. Produksi di kedua negara di mulai pada tanggal Desember 1986. Varian pertama adalah CN-235 Series 10 dan varian peningkatan CN-235 Seri 100/110 yang menggunakan dua mesin General Electric CT7-9C berdaya 1750 shp bukan jenis CT7-7A berdaya 1700 shp pada model sebelumnya.

3.1.1.3. N 219

N-219 adalah pesawat generasi baru, yang dirancang oleh Dirgantara Indonesia dengan multi sejati multi misi dan tujuan di daerah-daerah terpencil. N-219 menggabungkan teknologi sistem pesawat yang paling modern dan canggih dengan mencoba dan terbukti semua logam konstruksi pesawat terbang.

N-219 memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu fleksibel efisiensi sistem yang akan digunakan dalam misi multi transportasi penumpang dan kargo. N-219 akan melakukan uji terbang di laboratorium uji terowongan angin pada bulan Maret 2010 nanti. Pesawat N219 baru akan bisa diserahkan kepada kostumer pertamanya untuk diterbangkan sekira tiga tahun atau empat tahun lagi. N-219 merupakan pengembangan dari NC-212.

3.1.2. Rotary Wing

· NBell 412

Bell 412 adalah sebuah helikopter serbaguna yang diproduksi oleh Bell Helicopter Textron. Helikopter ini adalah pengembangan dari model Bell 212, perbedaan utamanya terletak pada 4 bilah rotor utama komposit. Bell 412 yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia dinamakan NBell 412.

· NBo 105

Bo 105 adalah sebuah helikopter ringan , serbaguna , bermesin ganda , yang dibuat oleh Bölkow dari Stuttgart,Jerman. Produksi dilanjutkan oleh Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) yang menjadi bagian dari Eurocopter. Eurocopter memproduksi Bo 105 sampai 1997. Jalur produksi Bo 105 kemudian digantikan jalur produksi EC 135

NBO-105: diprodusi oleh IPTN (sekarang PT DI) di bawah lisensi dari MBB (sekarang Eurocopter) semenjak 1976; total ada 123 heli jenis ini yang diproduksi di Bandung [1]dan digunakan untuk keperluan dalam negeri dan ekspor (salah satunya ke Yordania) . Varian yg diproduksi oleh IPTN adalah NBO-105 CB, NBO-105 CBS (versi yang diperpanjang mulai produksi ke 101 dan seterusnya) dan NBO 105S (versi diperpanjang juga). Dari keseluruhan pesawat , hanya rotor dan transmisi yg disuply oleh jerman

· Super Puma

Aérospatiale Puma adalah sebuah helikopter angkut/serbaguna bermesin ganda yang awalnya dibuat oleh Aérospatiale Perancis. Helikopter ini juga dikenal dengan kode nama SA 330. Varian-varian dari helikopter ini juga diproduksi , dirakit atau dilisensi oleh Atlas Aircraft Corporation dari Afrika Selatan sebagai Atlas Oryx, ICA dari Rumania dan IPTN dari Indonesia.IPTN NAS 330 J: Ini adalah versi yang dirakit oleh IPTN di Indonesia dengan nama lokal NAS 330 J dan Aerospatiale menyebutnya SA 330 J. Sebanyak 11 unit telah diproduksi.

3.1.3. Alutsista Pertahanan

Untuk alutsista pertahanan atau alat utama sistem pertahanan PT. Dirgantara Indonesia memproduksi sejenis rudal dan torpedo untuk pertahanan yang digunakan oleh kapal selam dan rudal darat.

3.1.4. Komponen Pesawat

Selain Memproduksi Pesawat baik itu secara kerjasama atau produksi bersama. Maupun produksi sendiri, PT. Dirgantara Indonesia juga ditunjuk oleh pabrikan-pabrikan pesawat ternama di dunia seperti Boeing, dan Airbus untuk memproduksi komponen pesawat yang dipergunakan dalam pesawat mereka, salah satu komponen pesawat yang sedang di produksi oleh PT. DI adalah bahu pesawat A380 yang saat ini merupakan Jumbo jet terbesar di dunia, pesawat angkut ini dapat menerbangkan hingga 800 orang sekali angkut, dan merupakan pesawat yang dapat terbang antar benua. Pesawat ini mengalahkan Jumbo Jet terdahulunya buatan Boeing yaitu B747.

Hingga saat ini kompnen tersebut masih diproduksi secara berkesinambungan dan hinggan saat ini PT. DI sudah mendeliver sebanyak ± 3000 bahu pesawat milik A380. Selain itu PT. DI juga membuat komponen-komponen pesawat lain yang merupakan pesanan dari beberapa produsen pesawat. Seperti komponen Helicopter dan komponen-komponen pendukung pesawat lain. Berikut adalah daftar client PT. DI dalam memproduksi komponen pesawat:

3.2. Proses Produksi Pada PT. Dirgantara Indonesia

Untuk memperoduksi sebuah pesawat Oleh PT. Dirgantara Indonesia memerlukan beberapa Proses pengerjaan dimulai dari pembuatan desain rancang bagun pesawat, pembuatan komponen, proses assembling, hingga perakitan pesawat. Proses tersebut tentu saja melewati beberapa bagian dan proses penting, didalamnya terdapat proses yang mempergunakan tenaga tangan langsung seperti pembubutan dan pengikiran komponen kecil, dan ada juga yang mempergunakan tenaga mesin, seperti pembutan komponen yang memerlukan presisi yang sangat akurat.

Seperti dalam memproduksi komponen pada bahu pesawat. Mempergunakan mesin dengan tingkat kaurasi yang tinggi seperti mesin CNC (Computer Numerical control). Mesin ini mempu memproduksi dan mencetak logam sesuai dengan keinginan tanpa harus mempergunakan tenaga tangan menuasi karena mesin ini dioperasikan oleh seperangkat computer yang memungkinkan dapat berjalan secara otomatis.

Numerical Control / NC (berarti "kontrol numerik") merupakan sistem otomatisasi Mesin perkakas yang dioperasikan oleh perintah yang diprogram secara abstark dan disimpan dimedia penyimpanan, hal ini berlawanan dengan kebiasaan sebelumnya dimana mesin perkakas biasanya dikontrol dengan putaran tangan atau otomatisasi sederhana menggunakan cam. Kata NC sendiri adalah singkatan dalam Bahasa inggris dari kata Numerical Control yang artinya Kontrol Numerik. Mesin NC pertama diciptakan pertama kali pada tahun 40-an dan 50-an, dengan memodifikasi Mesin perkakas biasa.

Dalam hal ini Mesin perkakas biasa ditambahkan dengan motor yang akan menggerakan pengontrol mengikuti titik-titik yang dimasukan kedalam sistem oleh perekam kertas. Mesin perpaduan antara servo motor dan mekanis ini segera digantikan dengan sistem analog dan kemudian komputer digital, menciptakan Mesin perkakas modern yang disebut Mesin CNC (computer numerical control) yang dikemudian hari telah merevolusi proses desain. Saat ini mesin CNC mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program CAD.

Mesin-mesin CNC dibangun untuk menjawab tantangan di dunia manufaktur modern. Dengan mesin CNC, ketelitian suatu produk dapat dijamin hingga 1/100 mm lebih, pengerjaan produk masal dengan hasil yang sama persis dan waktu permesinan yang cepat.

PT. Dirgantara Indonesia dalam produksinya sudah mempergunakan Special Purpose machine, maksudnya adalah dalam memproduksi beberapa komponen pesawat maupun produk yang lainya memang harus mempergunakan jenis mesin seperti ini. General machine lain pun di gunakan untuk memproduksi komponen yang memang tidak di produksi secara terus menerus dalam artian setelah pabrik selesai memproduksi komponen tersebut perusahaan dapat memproduksi komponen lain tanpa harus mengganti mesin.

Dalam Pembuatan sebuah pesawat di PT. Dirgantara Indonesia tidak dilakukan dalam satu pabrik, namun dilakukan di beberapa bangunan yang berada disatu areal pabrik PT. DI sehingga dalam satu bagunan tersebut kita pasti menemukan pengerjaan pekerjaan yang sama, dan di bangunan lain nya kita akan menemukan pengerjaan pekerjaan yang lain.

PT. Dirgantara Indonesia merupakan perusahaan yang menerapkan system JOB LOT SHOP hal ini berarti perusahaan akan memproduksi barang jika ada pesanan yang masuk kepada perusahaan, operasi yang dilakukan oleh perusahaan ini memang di sesuaikan dengan pesanan yang masuk kepada perusahaan tersebut. Karena perusahaan ini bukan bertujuan untuk kebutuhan pasar atau kebutuhan stok barang. Sehingga dalam memproduksi sebuah produk PT. DI tidak konstan dan tidak sama.

Proses yang dilalui oleh PT. DI merupakan proses Produksi yang terus menerus karena memerlukan alur dan pola yang pasti dalam memproduksi sebuah pesawat atau produk lain. Hal ini mengakbatkan jika terdapat salah satu proses produksi yang terganggu maka akan terganggu juga proses produksi yang lainya. Karena pasokan bahan baku akan teganggu.

BAB IV

SIMPULAN

Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia,PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN. Pesawat ini diberi nama gatotkoco (Gatotkaca).

Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995). Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng.

CN-235 adalah sebuah pesawat angkut turboprop kelas menengah bermesin dua. Pesawat ini dirancang bersama antara IPTN Indonesia dan CASA Spanyol. Pesawat ini saat ini menjadi pesawat paling sukses pemasarannya dikelasnya.CN-235 adalah pesawat terbang hasil kerja sama antara IPTN atau Industri Pesawat Terbang Indonesia (sekarang PT.DI) dengan CASA dari Spanyol.

N-219 adalah pesawat generasi baru, yang dirancang oleh Dirgantara Indonesia dengan multi sejati multi misi dan tujuan di daerah-daerah terpencil. N-219 menggabungkan teknologi sistem pesawat yang paling modern dan canggih dengan mencoba dan terbukti semua logam konstruksi pesawat terbang

Bell 412 adalah sebuah helikopter serbaguna yang diproduksi oleh Bell Helicopter Textron. Helikopter ini adalah pengembangan dari model Bell 212, perbedaan utamanya terletak pada 4 bilah rotor utama komposit. Bell 412 yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia dinamakan NBell 412.

Bo 105 adalah sebuah helikopter ringan , serbaguna , bermesin ganda , yang dibuat oleh Bölkow dari Stuttgart,Jerman. Produksi dilanjutkan oleh Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) yang menjadi bagian dari Eurocopter. Eurocopter memproduksi Bo 105 sampai 1997. Jalur produksi Bo 105 kemudian digantikan jalur produksi EC 135

Selain Memproduksi Pesawat baik itu secara kerjasama atau produksi bersama. Maupun produksi sendiri, PT. Dirgantara Indonesia juga ditunjuk oleh pabrikan-pabrikan pesawat ternama di dunia seperti Boeing, dan Airbus untuk memproduksi komponen pesawat yang dipergunakan dalam pesawat mereka, salah satu komponen pesawat yang sedang di produksi oleh PT. DI adalah bahu pesawat A380 yang saat ini merupakan Jumbo jet terbesar di dunia, pesawat angkut ini dapat menerbangkan hingga 800 orang sekali angkut, dan merupakan pesawat yang dapat terbang antar benua. Pesawat ini mengalahkan Jumbo Jet terdahulunya buatan Boeing yaitu B747.